Mataram (analisisntb.com) Polisi kembali memeriksa sejumlah saksi dari Pondok Pesantren (Ponpes) Al Aziziyah di Gunungsari, Lombok Barat, termasuk Kepala Sekolah MTS.
Kasat Reskrim Polresta Mataram, Kompol I Made Yogi Purusa Utama, menyatakan bahwa Kepala Sekolah MTS Ponpes Al Aziziyah menjalani pemeriksaan bersama enam santriwati.
“Yang kami panggil ada 14 orang, yang hadir 12 orang. Namun, kami hanya memeriksa delapan orang karena penyidik kami memiliki agenda lain,” kata Yogi kepada wartawan di Mapolresta Mataram, Rabu, 17 Juli 2024.
Empat saksi lainnya, lanjut Yogi, akan menjalani pemeriksaan pada Kamis, 18 Juli 2024.
Selain kepala sekolah, Unit Pelayanan Perempuan dan Anak Polresta Mataram juga memeriksa seorang dokter dari tenaga kesehatan Ponpes Al Aziziyah.
“Santriwati mendapatkan pendampingan dari pekerja sosial (peksos),” jelas Yogi, yang juga mantan Kasat Resnarkoba Polresta Mataram.
Mengenai materi pemeriksaan, Yogi menyatakan bahwa dirinya belum bisa memberikan keterangan secara rinci. Pemeriksaan terhadap pihak pondok pesantren di Gunungsari, Lombok Barat, bertujuan untuk mendalami kematian santriwati Nurul Izzati.
“Pemeriksaan masih berlangsung hingga sore ini,” tambahnya.
Polisi Mataram Periksa Sejumlah Saksi
Sebelumnya, pada Senin, 8 Juli 2024, polisi juga telah memeriksa 10 orang saksi dari Ponpes Al Aziziyah, yang terdiri dari tujuh santriwati, dua perawat klinik, dan seorang bibi dapur.
Kepada santriwati, polisi menanyakan informasi terkait korban, almarhumah Nurul Izzati, yang diduga meninggal dunia akibat penganiayaan. Pertanyaan seputar aktivitas korban di sekolah hingga di asrama diajukan kepada mereka.
Sementara itu, perawat klinik ditanya mengenai kondisi awal sakit yang dialami Nurul Izzati selama berada di ponpes, termasuk penyakit dan keluhan yang dirasakan oleh santriwati asal Ende, Nusa Tenggara Timur tersebut.
Sebagai informasi, Nurul Izzati meninggal dunia pada Sabtu, 29 Juni 2024 pagi, di RSUD Soedjono Selong, Lombok Timur. Jenazahnya dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara, Kota Mataram, untuk menjalani autopsi.
Meskipun penyebab kematian Nurul belum pasti, keluarga menduga kuat bahwa korban mengalami penganiayaan di ponpes tempatnya belajar, berdasarkan luka-luka yang ditemukan pada tubuhnya.