Untuk mengatasi permasalahan HIV/AIDS, seorang pakar dari RS Mandalika memberikan saran-saran ini.

Di Lombok Tengah, kasus HIV/AIDS mengalami peningkatan tajam dalam setahun terakhir. Data dari NTB Satu Data mencatat bahwa pada semester pertama tahun 2022, terdapat 115 kasus HIV/AIDS, yang kemudian meningkat menjadi 213 kasus pada semester pertama tahun 2023. Bagaimana kita mengenali seseorang yang terinfeksi HIV/AIDS? Berikut adalah gejalanya.

Dokter spesialis penyakit dalam dari RS Mandalika, dr. Tjahyadi, menjelaskan bahwa orang yang terinfeksi HIV/AIDS ditandai dengan penurunan kekebalan tubuh. Ironisnya, hingga saat ini, penyakit mematikan ini belum memiliki obat yang efektif. Oleh karena itu, masyarakat diingatkan untuk waspada terhadap virus ini.

Selain penurunan kekebalan tubuh, orang yang baru terinfeksi HIV/AIDS akan mengalami gejala awal, seperti demam dan munculnya bercak merah di kulit, mirip dengan cacar. Kemudian, nafsu makan menurun, dan biasanya diikuti dengan munculnya penyakit lain.

“Penurunan daya tahan tubuh adalah gejala umum yang dirasakan oleh penderita HIV/AIDS. Ini biasanya diikuti oleh penurunan berat badan dan nafsu makan berkurang. Tubuh pun menjadi kurus, dan kondisi ini dapat memicu munculnya penyakit lain seperti TBC. Di fase ini, penderita HIV/AIDS akan semakin menderita,” kata dr. Tjahyadi.

Penderita HIV/AIDS sering kali mengalami penyakit lain, seperti batuk dan diare, tergantung pada jenis penyakit penyertanya. Namun, gejala umum yang sering terjadi adalah penurunan tingkat kekebalan tubuh.

Menurut dr. Tjahyadi, HIV/AIDS dapat menular melalui hubungan seksual dan penggunaan jarum suntik yang tidak steril, seperti yang terjadi pada proses pembuatan tato. Banyak orang tidak menyadari bahwa jarum suntik yang digunakan untuk tato seringkali tidak diganti setelah digunakan oleh orang lain. Jika orang yang sebelumnya menggunakan jarum tato adalah penderita HIV/AIDS, maka ada potensi penularan pada orang lain yang menggunakan jarum tersebut.

“Bahkan di dunia medis, penggunaan jarum suntik pada pasien HIV/AIDS dan kemudian digunakan lagi untuk orang lain juga bisa menularkan penyakit ini,” jelasnya.

Dokter spesialis asal Dompu ini menyarankan agar masyarakat lebih berhati-hati, karena peningkatan jumlah kasus HIV/AIDS di NTB tidak hanya disebabkan oleh perubahan pasangan seksual. Penularan juga bisa melalui penggunaan jarum suntik atau bahkan melalui air liur jika orang tersebut memiliki luka atau perdarahan di mulut.

Penderita HIV/AIDS di NTB mengalami peningkatan yang signifikan. Pada semester pertama tahun 2023, tercatat 213 kasus HIV/AIDS. Penyakit ini lebih banyak ditemukan pada kelompok usia 25 tahun ke atas, dengan 126 kasus pada pria dan 87 kasus pada wanita. Ada juga 11 kasus ditemukan pada penderita HIV/AIDS yang berusia 50 tahun ke atas.

Penderita HIV/AIDS juga didominasi oleh kelompok usia muda, terutama usia 20-44 tahun, dengan 44 kasus yang tercatat. Dari jumlah tersebut, 32 kasus pada pria dan 12 kasus pada wanita. Jumlah penderita HIV/AIDS pada tahun 2023 meningkat hampir 100 persen dibandingkan dengan semester yang sama tahun 2022 yang mencatat sekitar 115 kasus.

Untuk mencegah penyakit mematikan ini, dr. Tjahyadi menyarankan agar masyarakat menjaga pola hidup sehat, menghindari hubungan seks di luar pasangan sah, dan menghindari tato serta praktik berisiko lainnya. Rajin melakukan pemeriksaan kesehatan dan berkonsultasi dengan dokter juga sangat penting. Semoga kesadaran masyarakat dapat membantu mengendalikan penyebaran HIV/AIDS.